Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan di Kelurahan Morodemak sebagaian besar adalah tambak. Luas tambak itu sendiri yaitu seluas 332 Ha. Selain tambak terdapat pula hutan mangrove, permukiman, kebun, dan sawah. Hutan mangrove yang terdapat di Kelurahan Morodemak memiliki luas sekitar 20 Ha dengan panjang garis pantai 4,60 km dan panjang pantai 3 km. Dari luas hutan mangrove tersebut jumlah pohon sampai saat ini mencapai ± > 1,5 juta pohon yang sudah tertanam. Sedangkan tanaman mangrove yang dalam kondisi baik 85% sedangkan untuk tanaman yang kurang baik atau rusak ±15% (Hasil wawancara dengan Kepala Desa, 2013). Kelurahan Morodemak juga mengalami abrasi pantai yang cukup besar yaitu sebesar 7,33 Ha. Namun terdapat pula akresi pantai yang lebih besar dibandingkan abrasi yaitu akresi sebesar 16,30 Ha (Data Kondisi Pantai, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Demak, 2012).
Topografi
Kelurahan Morodemak secara keseluruhan wilayahnya memiliki topografi yang datar yaitu berkisar antara 0-2%. Topografi tersebut terletak hampir di seluruh semua bagian Kelurahan Morodemak.
Litologi
Litologi (jenis tanah) yang terdapat di Kelurahan Morodemak adalah jenis tanah Alluvial Hidromorf. Alluvial Hidromorf  ini mempunyai warna tanah yang bewarna kelabu, bertekstur liat, dan memiliki tingkat permeabilitas lambat dan memiliki kecenderungan erosi yang tinggi. Hal tersebut dapat dimanfaatkan untuk aktivitas pertanian. Jenis tanah alluvial hidromof ini sangat cocok untuk tanaman hutan mangrove.
Klimatologi
Klimatologi  yang diketahui melalui curah hujan. Curah hujan yang ada di Kelurahan Morodemak ini yaitu tergolong rendah yaitu dengan interval 0- 13,6 mm/hari.
Daya Dukung Lahan
Daya dukung lahan wilayah perencanaan berupa kawasan lindung dan kawasan budidaya. Kawasan budidaya dimana di kawasan tersebut dapat dilakukan aktivitas seperti permukiman dan pertanian, sedangkan kawasan lindung berarti di kawasan tersebut tidak diperbolehkan ada aktivitas apapun.
Kondisi Non Fisik
Kelurahan Morodemak merupakan kelurahan dengan jumlah penduduk terbanyak kelima di Kecamatan Bonang dengan jumlah 3.824 jiwa yang terdiri dari jumlah laki – laki sebanyak 1.873 jiwa dan jumlah perempuan 1.951 jiwa. Dengan Kepadatan penduduk di Kelurahan Moromedak sebesar 1286 jiwa/km2 pada tahun 2012 dengan luas wilayah 4,26 Km2. Rasio ketergantungan total pada tahun 2012 adalah 53,61%. Kondisi ini menunjukkan bahwa beban angka ketergantungan di Kelurahan Morodemak masih tergolong rendah (<50%) yang didominasi dengan tanggungan terhadap penduduk usia muda lebih besar dibandingkan dengan penduduk usia muda.
Kondisi Hutan Mangrove Wilayah Perancangan

Morodemak merupakan salah satu kawasan pesisir di Kabupaten Demak yang memiliki luas hutan mangrove sebesar 20 Ha (DKP Kabupaten Demak), dengan luas kerusakan 5 Ha dan lahan siap tanam 5 Ha. Sebagian besar kondisi mangrove sudah baik, hanya 0,2% dalam kondisi rusak akibat pengaruh alam dan ulah manusia.  Jumlah pohon mangrove sampai saat ini mencapai ± > 1,5 juta pohon yang sudah tertanam, dalam kondisi buruk ±15% dan 85% dalam kondisi baik. Kerusakan yang terjadi di area hutan mangrove disebabkan oleh abrasi dan gelombang ombak yang cukup besar pada musim pancaroba, serta adanya bring water yang berdampak negatif pada kerusakan tambak. Solusi yang telah dilakukan yaitu melakukan reboisasi yang dilakukan oleh masyarakat khusunya para petani tambak yaitu dengan menggunakan bibit dari pohon mangrove yang sudah besar, dan kawasan mangrove di Morodemak belum terkelola secara baik.
Wilayah studi yang akan dikaji adalah Kelurahan Morodemak yang merupakan salah satu Kelurahan dari Kecamatan Bonang. Kelurahan Morodemak merupakan kawasan pesisir Kecamatan Bonang yang memiliki potensi sumberdaya alam pesisir yang dapat menyokong wilayah pesisir Kabupaten Demak. Luas Kelurahan Morodemak adalah 4.263 Km2 atau sekitar 5,12% dari keseluruhan luas wilayah Kecamatan Bonang. Secara administratif daerah ini berbatasan dengan Kawasan perairan Tuntang, Kelurahan Purworejo di sebelah utara, Kelurahan Tambakbulusan di sebelah timur, kawasan perairan Laut Jawa di sebelah selatan dan Kelurahan Margolinduk di sebelah barat.

Kawasan yang akan menjadi fokus dari perancangan dan konsep Ecotourism di Kelurahan Morodemak adalah kawasan hutan mangrove yang terletak di sepanjang- panjang pantai Kelurahan Morodemak dengan luas 155.930 m2 atau + 15,5 ha.  Kawasan hutan mangrove di Kelurahan Morodemak merupakan hutan mangrove yang tumbuh secara alami di sepanjang-pantai Morodemak di Kelurahan Morodemak. Batas wilayah kawasan perancangan di sebelah utara yaitu Laut Jawa, sebelah barat dan selatan yaitu Sungai Tuntang, sebelah timur area pertambakan.
Hutan mangrove memiliki manfaat untuk menjaga keseimbangan ekosistem pesisir, juga sebagai green belt yang berfungsi menahan laju abrasi dan gempuran ombak yang menimpa bagian daratan dari pesisir Kelurahan Morodemak. Hutan mangrove dapat dimanfaatkan oleh penduduk Kelurahan Morodemak sebagai alternatif pendapatan, namun saat ini kondisi hutan mangrove di pantai Morodemak mengalami kerusakan akibat perubahan iklim dan ulah manusia dengan memangkas habis hutan mangrove dan dialihkan fungsinya menjadi tambak. Terdapat banyak usaha penanaman kembali hutan mangrove pantai Morodemak untuk mempertahankan eksistensinya.

Merupakan salah satu tujuan dalam melakukan manajemen pembiayaan, memuat aspek finansial dan aliran uang pembiayaan teknis proyek yang akan dilaksanakan. Melalui analisis ini maka dapat diketahui kelayakan proyek pembangunan baik secara ekonomi maupun finansial.
A.  Analisis Kelayakan Sosial Ekonomi (Social Economic Cost Benefit)
Merupakan perhitungan keuangan atas variabel yang lebih ditekankan kepada masalah sosial kemasyarakatan, namun biaya yang ditimbulkan dari variabel-variabel tersebut masih dapat diperhitungkan biayanya.
Total Benefit = 688.696.892,40
Total Cost      = 686.308.0000,00
NPV               = B – C =  688.696.892,40-686.308.0000,00
                        = 2.388.826,40 à LAYAK
BCR                = B/C = 688.696.892,40/686.308.0000,00
                        = 1,003 à LAYAK
Disimpulkan, proyek ini menguntungkan dan memberikan banyak dampak positif sehingga layak untuk dilaksanakan. Dengan nilai BCR 1,003 pada tingkat suku bunga 12%.
B. Analisis Kelayakan Finansial (Financial Cost dan Benefit)
Memberi gambaran jaminan secara finansial mengenai kelayakan suatu proyek untuk dikerjakan. Financial Cost menjelaskan perincian dan total biaya, Financial Benefit menjelaskan perincian dan total  benefit yang akan dihasilkan.
Total Benefit = 13.844.421.850,03
Total Cost   = 6.308.486.286,70
NPV             = B-C =  13.844.421.850,03- 6.308.486.286,70
                     = 7.535.935.563,33 à LAYAK
BCR             = B/C = 13.844.421.850,03/6.308.486.286,70
                     = 2,19 à LAYAK
Disimpulkan, proyek ini menguntungkan dan memberikan banyak dampak positif sehingga layak untuk dilaksanakan. Dengan nilai BCR 2,19 pada tingkat suku bunga 6%
C.    Payback Period

Berdasarkan analisis perhitungan sebelumnya, didapatkan Payback Period sebagai berikut :

Sumber : Analisis Kelompok 2B, 2013
Gambar Grafik Payback Period




Berdasarkan grafik dapat disimpulkan bahwa analisis proyek ini dapat dilaksanakan dan sangat menguntungkan karena mengalami payback period pada tahun ke 9, dengan kata lain 6 tahun setelah proyek berjalan atau 1 tahun setelah beroperasi. Benefit yang diperoleh pada tahun ke 9 sebesar  Rp  1.628.662.500,00,- dan terus meningkat.  

Dampak Pelaksanaan Proyek Kawasan Wisata Mangrove Morodemak

Dampak
Aspek
Lingkungan
Sosial
Ekonomi
Positif
·      Tingkat abrasi turun
·      Lahan tambak di sekitar kawasan perancangan terlindungi dari abrasi dan arus pasang air laut
·      Meningkatnya kualitas lingkungan dan permukiman sekitar kawasan perancangan
·      Terjaganya populasi flora dan fauna
·      Upaya konservasi semakin baik dan peningkatan sistem pengendalian banjir
·        Meningkatnya taraf hidup sosial masyarakat
·        Terserapnya tenaga kerja lokal dengan adanya kawasan pariwisata
·        Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan
·        Meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang budidaya mangrove
·        Perubahan pola pikir masyarakat kearah sector komersial akibat adanya wisata
·       Meningkatnya taraf hidup ekonomi masyarakat sekitar kawasan pariwisata
·       alih profesi ke sektor komersial
·       Meningkatnya ekonomi kawasan baik Kelurahan Morodemak, Kecamatan Bonang, maupun Kabupaten Demak
·       Mampu menarik minat investor untuk berinvestasi di Kabupaten Demak akibat adanya kawasan pariwisata
Negatif
·      Pertumbuhan permukiman yang tidak terkendali akan menurunkan kualitas lingkungan permukiman sekitar kawasan perancangan
·      Volume sampah akan lebih besar akibat adanya kawasan wisata
·      Saat proses konstruksi berjalan dapat menimbulkan polusi dan pencemaran lingkungan
·       Semakin lunturnya kebudayaan masyarakat sekitar yang di sebabkan oleh bercampurnya budaya masyarakat dengan adanya kawasan pariwisata
·       Pada saat proses konstruksi, dampak kebisingan, gangguan kelancaran aktifitas masyarakat terganggu
·       Alih profesi dari sektor perikanan ke sector komersial mengakibatkan masyarakat membutuhkan cukup modal, sedangkan masyarakat tidak memiliki keahlian dalam hal tersebut